Jakarta,BuserTimur.Online – Produksi film di Indonesia semakin gencar seiring bertambahnya jumlah layar serta merangkak naik minat penonton terhadap karya anak bangsa. Sayangnya wabah virus corona atau COVID-19 yang ke 2 di Jakarta lewat PSBB, membuat beberapa agenda syuting terpaksa dihentikan sementara waktu.
Hal ini berpegang pada himbauan pemerintah terkait social distancing untuk menekan penyebaran virus. Ini juga dialami Sutradara Roy Wijaya setelah sukses membuat Film Action D’ Bandhit dan Film Drama Satu Rasa Satu Cinta. Terpaksa harus menunda empat jadwal Syuting Film Action, karena diberlakukannya PSBB yang sudah di putuskan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Roy juga mengatakan, virus Corona merupakan ancaman bagi seluruh negara. Karena itu, setiap pihak harus melakukan upaya pencegahan untuk memeranginya. Meski tengah dihentikan, akan tetapi masyarakat pun masih bisa beraktifitas seperti biasa.
“Pemberhentian syuting sendiri dilakukan untuk mencegah penyebaran dari wabah corona dan mengikuti himbauan pemerintah terkait larangan adanya aktivitas yang menimbulkan keramaian,” ungkap Roy kepada wartawan di Jakarta 15 Sep 2020.
Rencananya Roy akan memproduksi empat Film Action diantaranya Sang Petarung Produksi Victory Target Cunema, Srigala Liar Produksi Trailer Visual Cinema, Jejak Mata Elang Produksi Victory Target Cinema dan The Debt Colector Produksi Creative Media Film yang harus selesai di ahir Desember 2020.
Menurutnya, saat ini film film Indonesia secara kualitas dan juga ketersediannya sudah sangat memadai, dan kontribusi film film lokal juga meningkat. Namun sayang, epidemi virus Corona, kembali melunturkan semangat para Cineas lokal,” ucap Roy.
Roy mengatakan, sebelum PSBB ke 2 diberlakukan, berbagai persiapan yang sudah matang terpaksa di tunda, sampai batas waktu yang tidak ditentukan dan disesuaikan dengan ijin pemerintah.
Roy mengatakan, Sepanjang tahun 2020 dan diberlakukannya PSBB ini, diproyeksi sudah menjadi bencana finansial terbesar di industri sinematik. “Ini adalah bencana sistematik terbesar bagi industri sinema, babak belur secara finansial dalam jangka pendek,” ungkapnya.
Situasi yang dialami saat ini, kata Roy, bisa jadi sejarah tersendiri bagi industri perfilman Indonesia, karena tidak ada pembanding momen sebelumnya. Apalagi, sampai saat ini tidak bisa dipastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menahan penyebaran virus. (***)