BT.COM | OELAMASI – – Mahasiswa Magister Pariwisata Universitas Udayana Bali kritisi Penjabat (Pj) Gubernur NTT Ayodhia Kalake yang menghapus penggunaan sarung tenun ikat motif daerah bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT.
"Kain tenun ikat itu merupakan karya hebat dan karya otodidak ibu-ibu di di desa / kampung yang mesti dihargai oleh semua kalangan baik masyarakat biasa pejabat negara atau kaum bangsawan.Menjadi kebanggaan orang NTT ketika hasil karya tenunnya digunakan oleh Presiden Joko Widodo pada saat momentum kenegaraan seperti kain motif Nunkolo yang digunakan Jokowi pada saat HUT RI ke 75 di Istana Negara",ujar Afret Otu Kepada Media ini Via WhatsApp, Rabu 13 September 2023 Siang.
Afret Otu meminta agar penghapusan penggunaan sarung tenun ikat motif daerah pada saat jam kantor atau jam dinas itu perlu dipertimbangkan kembali oleh PJ Gubernur ,Ayodhia Kalake ,karena itu kain kebesaran NTT.
Menurut Afret penggunaan sarung tenun ikat motif daerah pada saat jam kantor atau jam dinas merupakan kebanggaan masyarakat NTT sebab karya mereka digunakan dikursi-kursi terhormat.
Selain itu menurut Afret kegunaan kain tenun daerah pada saat jam kantor adalah bentuk penghargaan bagi orang-orang kampung yang tidak pernah duduk dikursi terhormat tetapi karya mereka menembus hingga dikursi terhormat.
Bagi Afret mengunakan kain tenun pada saat jam kantor adalah bentuk melestarikan budaya leluhur NTT, sebagai bentuk mendukung serta mempromosikan budaya dan kain tenun NTT.
"Bali terkenal dengan pariwisatanya bukan hanya karena keindahan pantai gunung namun kearifan lokalnya di tonjolkan seperti budaya Bali yang mengunakan busana adat Bali, banyak wisatawan mancanegara sangat tertarik dan selalu meminta untuk mengunakan pakaian adat Bali, pakaian adat memiliki daya tarik tersendiri," jelasnya.
Ditambahkan Afret Pemerintah Provinsi Bali juga mengeluarkan aturan hingga saat ini seluruh ASN Provinsi Bali, Kabupaten hingga tingkat lingkungan maupun mereka yang berkerja pada perusahaan Negara dan swasta juga mengunakan pakaian pada saat hari yang ditentukan oleh pemerintah.
NTT baru tumbuh dengan pariwisatanya dengan adanya pariwisata super prioritas di Labuan Bajo perlu belajar dari Bali yang sudah dikenal dimata dunia yang melestarikan budaya mereka dan menjunjung tinggi budaya mereka dengan menggunakan busana asli Bali di jam Kantor.
Afret meminta PJ Gubernur NTT Ayodhia sebagai anak tanah, anak kebanggaan NTT, harapan pembawa perubahan positif bagi seluruh lapisan masyarakat NTT yang pulang kampung untuk bangun kampung perlu mengkaji kembali penghapusan penggunaan kain tenun pada saat jam kantor.**