BT.COM | SUMBA -- Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengajak masyarakat memanfaatkan sumber daya alam sekitar seperti pemanfaatan pekarangan di sekitar rumah atau lingkungan untuk bisa memenuhi nutrisi bagi ibu hamil (Bumil) dan menyusui dan juga anak-anak yang ada.
Menurutnya hal ini sangat penting karena salah satu penyebab stunting adalah akibat kekurangan sumber pangan bergizi.
“Kita memiliki sumber daya alam yang cukup, yang kemudian bisa kita oleh dan kembangkan menjadi sumber makanan bergizi bagi ibu hamil. Manfaatan pekarangan di sekitar rumah atau lingkungan kita agar bisa menjadi sumber makanan bergizi untuk menopang sumber gizi bagi ibu hamil maupun anak balita,” ajak Melki Laka Lena saat kegiatan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting bersama Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Aula Wanno Gaspar - Biara Redemptoris, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Jumat (6/10/2023).
Menurut Melki, pemanfaatan hasil pekarangan tidak sampai pada panen saja, tapi juga bagaimana mengolah menjadi makanan yang enak dan menarik bagi anak-anak. Tentunya bisa memenuhi beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). Ketika sudah bisa memenuhi B2SA, diharapkan anak-anak bisa terpenuhi nutrisinya. Selain B2SA, juga bisa mengurangi pengeluaran rumah tangga, bahkan menambah ekonomi keluarga jika hasil pekarangan tersebut dijual.
Melki Laka Lena juga meminta masyarakat untuk mencegah stunting sebelum usia 2 tahun dengan cara memberikan ASI, perbaiki masalah menyusui, imunisasi rutin, serta memantau tumbuh kembang anak, dan perilaku hidup bersih dan sehat, hingga memakai jamban sehat, dan harus memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dan berikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, dan dampingi ASI Eksklusif dengan makanan pendaping Air Susu Ibu (MPASI) sehat, dan terus memantau tumbuh kembang anak, dan selalu jaga kebersihan lingkungan.
Sekda Sumba Barat, Yeremia Ndapa Doda mengatakan pemerintah Sumba Barat saat ini sangat gencar dalam melakukan berbagai program intervensi untuk perbaikan gizi anak stunting agar angka stunting di daerah mencapai sembilan persen pada 2024.
Menurutnya, sesuai hasil timbang yang dilakukan Dinas Kesehatan pada Agustus 2023, jumlah penderita stunting di daerah itu turun dari 10.710 orang anak menjadi 1.313 orang atau tersisa 12,3 persen yang tersebar di enam kecamatan.
Menurut dia, tingginya capaian penurunan stunting tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang turut membantu pemerintah dalam menyiapkan berbagai infrastruktur dasar melalui berbagai program, seperti pembangunan fasilitas air minum, bantuan sosial, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sementara Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Jusuf Akbar mengatakan untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting diperlukan upaya yang serius dan kerja keras semua pihak, salah satunya melalui kolaborasi lintas sektor sejak dari intervensi hulu-hilir, intervensi spesifik dan sensitif serta pendekatan penta helix. (*)