BT.COM | KUPANG -- Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena mengajak semua keluarga yang memiliki ibu hamil agar memprioritaskan pemenuhan gizinya.
Menurutnya hal ini menjadi sangat penting karena sebagai salah satu upaya untuk pencegahan stunting.
"Apabila dalam rumah ada yang hamil, entah itu istri, entah itu anak, entah itu menantu atau ponaan itu, perlakukan dia sebagai warga utama dalam rumah tersebut. Karena anak dalam kandungan itu masa depan kita semua, masa depan bapak mama, masa depan bangsa dan negara ini," Kata Politisi Golkar yang akrab disapa Melki Laka Lena ini saat melakukan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota bersama mitra kerja BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertempat di Aula SMPK Adisucipto Penfui, Kota Kupang, Kamis (1/6/2023).
Dalam hal pemenuhan gizi ibu hamil, Melki Laka Lena juga menghimbau masyarakat untuk tidak membedakan - bedakan antara anak yang hamil diluar nikah dan menikah secara baik - baik.
"Biasanya dalam rumah, yang nikah baik-baik diberikan perhatian secara baik. Kalau hamil diluar nikah cenderung tidak diurus baik-baik. Sebenarnya siapapun yang hamil diurus secara baik. Yang saya bicarakan ini agar anak jangan stunting. siapa pun yang hamil dalam rumah utamakan dia sebagai warga yang menerima gizi," jelas Ketua Golkar NTT ini.
Untuk menjaga ibu hamil tetap sehat, Melki Laka Lena menganjurkan masyarakat mengikuti tiga pola yaitu yang pertama pola makan, yakni pengaturan pola gizi (Isi Piringku), pola asuh dan inisiasi menyusui dini.
Menurut Melki Laka Lena, stunting masih bisa dikoreksi selama anak belum berusia dua tahun, atau masih berada dalam 1000 hari pertama kehidupannya. Namun, jika usianya sudah lebih dari dua tahun, perbaikan gizi yang dilakukan hanya sebatas mampu menaikkan berat badan anak. Untuk pertambahan tinggi badan sulit dikejar jika anak terlanjur pendek.
Angka stunting di NTT sendiri, kata Politisi Golkar ini, telah menurun drastis karena pola perhitungan menggunakan ePPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat), data ini diakui oleh kementerian Kesehatan. Sebelumnya NTT menduduki posisi tertinggi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia karena menggunakan pola perhitungan survei.
Melki Laka Lena juga mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam menurunkan angka stunting.
"Kerja stunting adalah kerja Kolaborasi. Kami di DPR RI, BKKBN dan bapak ibu yang hadir kita sama-sama bekerja," ajak Melki.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT Marianus Mau Kuru mengatakan, kegiatan kampanye percepatan stunting ini bukan merupakan kampanye politik.
"Stunting harus diberantas di NTT. BKKBN sebagai mitra, kita menggunakan orang-orang kita di Senayan sebagai corong untuk membantu kita," kata Marianus.
Menurut Marianus, masalah stunting merupakan masalah bersama sehingga dibutuhkan peran masyarakat untuk menjadi garda terdepan dalam memerangi stunting di NTT.
"Masyarakat tidak boleh duduk pangku kaki. Bapak mama di depan, kami dibelakang untuk melawan stunting," ujarnya.
Marianus juga menyebutkan angka prevalensi stunting di NTT turun dari 17,7% pada Agustus 2022 menjadi 15,7% pada Februari 2023.
Kerja menurunkan angka stunting ini menurut Marianus untuk menyiapkan generasi emas pada tahun 2045 mendatang yang bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka. Kata dia, untuk mewujudkan Indonesia Emas membutuhkan kerja cerdas dari anak bangsa.
"Rakyat harus sehat, rakyat harus pintar, rakyat makan harus bergizi. Harus kita ciptakan keluarga emas, syarat bapak mama semua harus sehat. Seluruh anggota harus makan kenyang dan bergizi, seluruh anggota harus pintar dan cerdas," pungkas Marianus.
Sementara Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kupang, drg Fransisca JH Ikasasi mengatakan untuk membrantas stunting harus dimulai dari keluarga.
"Memberantas stunting harus dimulai dari keluarga. Keluarga sejahtera maka akan dijauhi dari stunting yaitu dengan cara merencanakan kehamilan. Bagaimana usia belum mencukupi atau terlalu muda untuk hamil maka dapat mengakibatkan stunting terhadap anak. Karena belum matang secara emosional, psikologi dan ekonomi dapat menyebapkan stunting dalam keluarga," jelas drg Fransiska.
Oleh karena itu, menurut drg Fransiska, melalui program keluarga berencana (KB) dapat mencegah kehamilan terlalu dini, terlalu dekat, dan terlalu sering melahirkan dan hamil.
"Fase yang terbaik untuk hamil adalah usia dua puluh tahun sampai tiga puluh lima tahun. Ini yang direkomendasikan untuk kita semua," pungkasnya. (*)