BT.COM | KUPANG -- Pesta demkorasi telah selesai pada 14 Februari lalu, namun aroma tidak sedap mulai bermunculan dengan versi masing-masing
Aroma tak sedap yang berhembus akhir-akhir ini yakni "Money Politik" alias politik uang oleh oknum-oknum calon legislatif
Selain politik uang yang bertujuan untuk meraup suara terbanyak agar bisa menikmati kursi empuk, terdapat juga oknum caleg yang menggunakan kekuasaan pemerintahan untuk menekan bawahannya
Seperti dikutip dari SuaraNTT.com, Kepala Pustu Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,NTT diduga menjadi salah satu tim serangan fajar untuk memenangkan calon anggota DPRD Kabupaten Kupang Dapil 1 yang berinisial RM
Selain menjadi tim kejahatan demokrasi di Kabupaten Kupang, Kepala Pustu Desa Oebelo juga menggunakan jabatannya yang melekat dengan memberikan sejumlah uang kepada kader posyandu
Namun sejumlah uang yang diberikan rupanya tidak membuahkan hasil untuk mendapat suara hingga berujung pada tekanan dan intimidasi kepada kader posyandu yang menerima uang untuk segera kembalikan
Kepala Pustu Desa Oebelo tersebut diketahui berprofesi sebagai seorang bidan dengan inisial RP
Mendapat informasi, wartawan langsung melakukan investigasi untuk mengetahui benar tidaknya informasi dimaksud
Setelah informasi dan data terkumpul, wartawan berupaya untuk melakukan konfirmasi kepada RP pada Jumat 23 Februari 2024
Namun RP menolak dengan alasan tidak ingin diwawancarai hingga sempat terjadi keributan.
Selain keributan, oknum RP juga mengambil paksa HP wartawan dan menghapus rekaman video dan foto-foto.
"Ini Pustu saya jangan rekam-rekam,"Kata RP
Tindakan represif yang dilakukan RP kepada wartawan ini memunculkan pertanyaan publik ada apa dibalik semua?
Salah satu Kader Posyandu berinisial EP mengaku dirinya ditekan dan di intimidasi bahkan diancam oleh RP untuk diberhentikan dari kader posyandu.
“Ibu bidan chat saya begini coba kakak baca sendiri. ” Ucap Kader Posyandu Desa Oebelo.
EP melanjutkan bahwa yang bersangkutan tersebut sudah melaporkan kejadian itu kepada desa Oebelo, Marten Halla, sehingga dirinya juga pasrah jika nantinya diberhentikan dari posisi sebagai kader Posyandu.
“Jika ibu ingin berhentikan saya juga baik, saya Terima.” Jawab kader posyandu kepada bidan desa melalui pesan whatsApp.**