BT.COM | Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tak lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi mesin pengganti yang nyata. Dalam laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF) tahun 2025, diprediksi bahwa 83 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi dan AI pada 2030, terutama di sektor-sektor tradisional yang tidak cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi.
Berikut adalah lima profesi yang paling terancam punah akibat penetrasi AI dalam dunia kerja global:
1. Petugas Input Data (Data Entry Clerk)
Potensi Hilang: 70–80% hingga 2030
Profesi ini menjadi korban pertama karena AI seperti GPT, OCR (Optical Character Recognition), dan automation tools kini mampu menyortir, mengisi, bahkan menganalisis data jauh lebih cepat dan akurat.
“Perusahaan tidak perlu lagi merekrut puluhan staf administrasi. Cukup satu platform AI,” ungkap laporan McKinsey & Company, Mei 2025.
2. Telemarketer dan Customer Service Tradisional
Potensi Hilang: 60%
Dengan kehadiran chatbot AI yang mampu memahami konteks, intonasi, dan bahkan emosi pelanggan, perusahaan global mulai menutup call center manusia. Di India dan Filipina, ribuan pekerja di-PHK dalam dua tahun terakhir.
Amazon melaporkan penurunan staf CS hingga 45% sejak menerapkan teknologi voice AI di seluruh platform-nya.
3. Akuntan Level Dasar dan Pembukuan Manual
Potensi Hilang: 50%
Software akuntansi berbasis AI seperti Xero, QuickBooks AI, dan bahkan Google AI Finance kini mampu mengolah laporan keuangan, memverifikasi data, hingga membuat prediksi pajak dan arus kas.
PwC Global dalam surveinya menyebut, “AI lebih murah dan nyaris bebas kesalahan manusia.”
4. Jurnalis dan Penulis Konten Umum (General Content Writer)
Potensi Hilang: 40%
Ironis, tapi kenyataan. AI seperti GPT-4 dan Claude dapat menulis berita, artikel SEO, bahkan skrip iklan dalam hitungan detik. Beberapa media digital di Eropa dan Amerika Serikat telah memberhentikan staf editor junior.
Buzzfeed pada 2024 bahkan mengonfirmasi telah menggunakan AI untuk memproduksi lebih dari 60% konten viralnya.
5. Kasir dan Operator Toko Retail
Potensi Hilang: 80% di negara maju
Di Jepang dan Eropa, toko-toko tanpa kasir bukan lagi konsep, tapi kenyataan. Sistem scan & pay, machine vision, dan pembayaran digital berbasis wajah membuat peran kasir perlahan lenyap.
“Bukan soal tren, tapi efisiensi dan kecepatan layanan,” ujar CEO RetailTech Jepang dalam Forum Tokyo Retail 2025.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Meski pekerjaan menghilang, laporan WEF juga menyebutkan 69 juta pekerjaan baru akan muncul — namun mayoritas membutuhkan keterampilan digital, analisis data, pemrograman, dan kreativitas tingkat tinggi.
"Pekerjaan tidak hilang, tapi berpindah. Dari tangan manusia ke sistem. Maka manusianya harus naik kelas," ujar Klaus Schwab, Pendiri WEF.
AI bukan sekadar alat, tapi kekuatan disruptif. Bila dunia tidak mempersiapkan diri secara sistematis — melalui pendidikan ulang (reskilling) dan transformasi digital — maka bukan hanya profesi yang punah, tapi juga masa depan ekonomi pekerja kelas menengah.
Apakah Anda siap menghadapi realitas ini?