BT.COM — Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) terus mematangkan proyek strategis yang bisa mengubah wajah sistem keuangan nasional: peluncuran Rupiah Digital. Inisiatif ini merupakan bagian dari tren global pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) yang sudah diadopsi atau sedang diuji coba oleh lebih dari 130 negara, termasuk Tiongkok, India, Brasil, dan Uni Eropa.
Namun pertanyaannya kini menggema luas di tengah masyarakat: apakah Rupiah Digital akan menggantikan uang tunai secara permanen?
Apa Itu Rupiah Digital?
Rupiah Digital adalah bentuk digital dari mata uang rupiah yang diterbitkan dan dijamin oleh Bank Indonesia. Berbeda dari e-money seperti GoPay, OVO, atau dompet digital lainnya, Rupiah Digital adalah alat pembayaran resmi negara, sama seperti uang kertas dan koin yang saat ini kita gunakan.
Menurut keterangan resmi Bank Indonesia, Rupiah Digital akan memiliki tiga karakter utama:
1. Legal Tender – Sah digunakan sebagai alat pembayaran.
2. Disentralisasi Terbatas – Tetap dikelola penuh oleh BI, bukan sistem blockchain terbuka seperti Bitcoin.
3. Dukungan Infrastruktur Nasional – Menggunakan sistem teknologi berbasis blockchain nasional yang aman dan terkendali.
Kenapa Negara Butuh Mata Uang Digital?
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers awal 2025 menyampaikan bahwa digitalisasi rupiah adalah langkah strategis untuk menjaga kedaulatan moneter di era digital. Ia menjelaskan bahwa perubahan perilaku masyarakat yang semakin cashless harus direspons dengan inovasi dari bank sentral.
"Uang kertas makin jarang dipakai. Tapi di sisi lain, uang digital swasta tumbuh sangat cepat. Kalau bank sentral tidak hadir di sana, kita akan kehilangan kontrol atas kebijakan moneter nasional," ujar Perry.
Data dari Statista mencatat bahwa pada tahun 2024, transaksi uang elektronik di Indonesia sudah menyentuh Rp 682 triliun, naik lebih dari 300% dibanding 5 tahun lalu. Sebagian besar transaksi kini terjadi melalui dompet digital dan transfer antarbank.
Dunia Sudah Bergerak
Indonesia bukan satu-satunya yang bersiap. Beberapa negara justru sudah lebih dulu melangkah:
Tiongkok: Sudah menjalankan uji coba e-CNY (Yuan Digital) di lebih dari 20 kota besar sejak 2021 dan mulai digunakan untuk pembayaran transportasi umum dan belanja retail.
India: Meluncurkan pilot e-Rupee sejak akhir 2022 dengan target inklusi keuangan dan efisiensi pembayaran.
Nigeria: Negara Afrika pertama yang merilis e-Naira, walau sempat mengalami resistensi karena literasi rendah dan akses terbatas.
Uni Eropa: Komisi Eropa sudah menyetujui kerangka hukum Digital Euro yang rencananya akan resmi diluncurkan sebelum 2027.
Menurut laporan dari Bank for International Settlements (BIS) tahun 2025, 93% bank sentral di dunia sedang meneliti atau mengembangkan CBDC, dan 11 negara telah meluncurkannya secara resmi.
Apakah Akan Menggantikan Uang Tunai?
Bank Indonesia menegaskan bahwa pada tahap awal, Rupiah Digital tidak akan menggantikan uang tunai, melainkan akan menjadi tambahan bentuk uang baru.
"Kami akan tetap menjaga keberadaan uang tunai, khususnya untuk menjamin akses keuangan bagi masyarakat yang belum terhubung secara digital," jelas Juda Agung, Deputi Gubernur BI.
Namun sejumlah ekonom memprediksi bahwa dalam 10–15 tahun ke depan, proporsi penggunaan uang tunai akan terus menurun drastis, dan Rupiah Digital bisa menjadi dominan, terutama di kota-kota besar.
Fakta menarik: Di Swedia, hanya 6% dari total transaksi retail yang menggunakan uang tunai (data 2024). Negara ini diperkirakan akan menjadi negara pertama yang sepenuhnya cashless.
Literasi Digital dan Keamanan Data
Kendati menjanjikan efisiensi, CBDC termasuk Rupiah Digital menghadapi berbagai tantangan serius, terutama di Indonesia:
1. Literasi digital yang masih rendah.
Survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menunjukkan bahwa sekitar 12% penduduk Indonesia belum pernah menggunakan internet, terutama di daerah terpencil.
2. Ketimpangan akses infrastruktur.
Jaringan internet yang belum merata bisa menyulitkan adopsi Rupiah Digital secara nasional.
3. Kekhawatiran privasi dan pengawasan pemerintah.
CBDC membuka kemungkinan bagi negara untuk melacak setiap transaksi keuangan individu, menimbulkan debat tentang hak privasi dan kebebasan ekonomi.
4. Potensi serangan siber.
Sistem digital berisiko diserang hacker. Keamanan sistem BI dan perlindungan data pengguna menjadi sorotan utama.
Inklusi Keuangan dan Efisiensi Negara
Meski ada tantangan, manfaat ekonomi Rupiah Digital juga besar. Salah satu yang utama adalah memperluas inklusi keuangan, terutama bagi 40 juta orang dewasa Indonesia yang belum memiliki rekening bank (unbanked).
Dengan sistem yang mudah dan tanpa perlu buka rekening bank, Rupiah Digital bisa menjadi solusi pembayaran yang inklusif. Pemerintah juga dapat menyalurkan bantuan sosial (bansos) langsung dan lebih tepat sasaran melalui dompet digital resmi yang terintegrasi dengan data kependudukan.
Tak hanya itu, biaya pencetakan uang fisik yang setiap tahun mencapai lebih dari Rp 4 triliun, bisa ditekan secara signifikan.
Bagaimana Cara Mengakses Rupiah Digital?
Rencananya, masyarakat akan bisa mengakses Rupiah Digital melalui aplikasi dompet digital khusus yang dikembangkan bersama mitra perbankan dan fintech. Setiap pengguna akan diberikan wallet resmi dan bisa melakukan top-up, transfer, maupun pembayaran melalui QR Code.
Uji coba terbatas akan dilakukan pada akhir 2025 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Apa Dampaknya bagi Masyarakat?
Pelaku UMKM: Akan lebih mudah menerima pembayaran non-tunai tanpa perlu alat EDC.
Pekerja informal: Bisa menabung dan bertransaksi dengan modal smartphone.
Pemerintah: Bisa memantau aliran uang dan mencegah transaksi ilegal.
Perbankan: Harus beradaptasi agar tidak tertinggal dalam ekosistem baru ini.
Bukan Sekadar Tren, Tapi Masa Depan
Rupiah Digital bukan sekadar tren, tapi sebuah keniscayaan dalam era keuangan digital. Namun proses transisinya tidak bisa instan. Butuh pendekatan bertahap, edukasi luas, serta jaminan keamanan dan kepercayaan publik.
Sebagaimana disampaikan oleh Gubernur BI:
“Digitalisasi rupiah bukan berarti menghapus uang tunai, tapi memberi alternatif yang lebih efisien, aman, dan inklusif untuk masa depan Indonesia.”
Apakah Rupiah Digital akan menggantikan uang tunai? Mungkin tidak hari ini, tapi masa depan keuangan Indonesia sudah mengarah ke sana.**